بَنِيَّةُ اللُّغَةِ
ANATOMI BAHASA
Bahasa adalah sistim penyampaian pesan yang digunakan oleh manusia,
baik lewat simbol suara yang bisa didengar (bahasa lisan) maupun
menggunakan simbol bentuk atau lambang yang bisa dilihat atau dibaca
(bahasa tulisan).
Semua bahasa manusia tersusun dari tiga komponen dasar yaitu:
1. Satuan bunyi yang disebut "huruf" atau "abjad".
Contoh:
م - س - ج - د
2. Susunan huruf yang memiliki arti tertentu yang disebut "kata".
Contoh:
مَسْجِدٌ (= masjid)
3. Rangkaian kata yang mengandung maksud atau pikiran yang utuh yang disebut "kalimat".
Contoh:
أُصَلِّيْ فِي الْمَسْجِدِ (= saya shalat di masjid)
Dalam tata bahasa Arab, "kata" dibagi ke dalam tiga golongan besar:
1. ISIM (
اِسْم ) atau "kata benda". Contoh:
مَسْجِد (= masjid)
2. FI'IL (
فِعْل ) atau "kata kerja". Contoh:
أُصَلِّيْ (= saya shalat)
3. HARF (
حَرْف ) atau "kata tugas". Contoh:
فِيْ (= di, dalam)
Perlu diingat bahwa istilah Kata Benda, Kata Kerja dan Kata Tugas
seperti yang kita kenal dalam tata bahasa Indonesia, tidak sama persis
dengan pengertian
Isim,
Fi'il dan
Harf dalam tata bahasa Arab.
اِسْم عَلَمُ
ISIM 'ALAM (Kata Benda Nama)
Dalam golongan Isim, ada yang disebut dengan Isim 'Alam yaitu Isim yang merupakan nama diri (
proper name) dari seseorang atau sesuatu.
Perhatikan perbedaan Isim 'Alam dengan Isim yang biasa di bawah ini:
Isim Biasa
- رَجُل (=laki-laki)
- اِمْرَأَة (=perempuan)
- قَرْيَة (=negeri)
- شَهْر (=bulan)
Isim 'Alam
- مُحَمَّد (=Muhammad), عُمَر (=Umar), سُودِرْمَان (=Sudirman)
- خَدِيْجَة (=Khadijah), مَرْيَم (=Maryam), كَرْتِيْنِي (=Kartini)
- مَكَّة (=Makkah), مَدِيْنَة (=Madinah), جَاكَرْتَا (=Jakarta)
- رَمَضَان (=Ramadhan), رَجَب (=Rajab), يَنَايِر (=Januari)
3. Mudzakkar - Muannats
مُذَكَّر - مُؤَنَّث
MUDZAKKAR (Laki-laki) - MUANNATS (Perempuan)
Dalam tata bahasa Arab, dikenal adanya penggolongan Isim ke dalam
Mudzakkar (laki-laki) atau Muannats (perempuan). Penggolongan ini ada
yang memang sesuai dengan jenis kelaminnya (untuk manusia dan hewan) dan
adapula yang merupakan penggolongan secara bahasa saja (untuk benda dan
lain-lain).
Contoh Isim Mudzakkar
- عِيْسَى (= 'Isa)
- اِبْنٌ (= putera)
- بَقَرٌ (= sapi jantan)
- بَحْرٌ (= laut)
Contoh Isim Muannats
- مَرْيَم (= Maryam)
- بِنْتٌ (= puteri)
- بَقَرَةٌ (= sapi betina)
- رِيْحٌ (= angin)
Dari segi bentuknya, Isim Muannats biasanya ditandai dengan adanya tiga jenis huruf di belakangnya yaitu:
a) Ta Marbuthah (
ة ). Misalnya:
فَاطِمَة (=Fathimah),
مَدْرَسَة (=sekolah)
b) Alif Maqshurah (
ى ). Misalnya:
سَلْمَى (=Salma),
حَلْوَى (=manisan)
c) Alif Mamdudah (
اء ). Misalnya:
أَسْمَاء (=Asma'),
سَمْرَاء (=pirang)
Namun adapula Isim Muannats yang tidak menggunakan tanda-tanda di atas.
Misalnya:
رِيْحٌ (= angin),
نَفْسٌ (= jiwa, diri),
شَمْسٌ (= matahari)
Bahkan ada pula beberapa Isim Mudzakkar yang menggunakan Ta Marbuthah.
Contoh:
حَمْزَة (= Hamzah),
طَلْحَة (= Thalhah),
مُعَاوِيَة (= Muawiyah)
مُفْرَد - مُثَنَّى - جَمْع
MUFRAD (Tunggal) - MUTSANNA (Dual) - JAMAK
Dari segi bilangannya, bentuk-bentuk Isim dibagi tiga:
1) ISIM MUFRAD (tunggal) kata benda yang hanya satu atau sendiri.
2) ISIM MUTSANNA (dual) kata benda yang jumlahnya dua.
3) ISIM JAMAK (plural) atau kata benda yang jumlahnya lebih dari dua.
Isim Mutsanna (Dual) bentuknya selalu beraturan yakni diakhiri dengan huruf Nun Kasrah (
نِ), baik untuk Isim Mudzakkar maupun Isim Muannats. Contoh:
Adapun Isim Jamak, dari segi bentuknya terbagi dua macam:
1. JAMAK SALIM (
جمْع سَالِم ) yang bentuknya beraturan:
2. JAMAK TAKSIR (
جَمْع تَكْسِيْر ) yang bentuknya tidak beraturan:
Isim Mufrad, Isim Mutsanna dan Isim Jamak Salim ada yang tergolong Isim Mudzakkar dan adapula Isim Muannats. Misalnya:
- مُسْلِمٌ (=seorang muslim) --> Mufrad Mudzakkar
- مُسْلِمَةٌ (=seorang muslimah) --> Mufrad Muannats
- مُسْلِمَانِ (=dua muslim) --> Mutsanna Mudzakkar
- مُسْلِمَتَانِ (=dua muslimah) --> Mutsanna Muannats
- مُسْلِمُوْنَ (=muslimin) --> Jamak Salim Mudzakkar
- مُسْلِمَاتٌ (=muslimat) --> Jamak Salim Muannats
Sedangkan Isim Jamak Taksir semuanya digolongkan Isim Muannats.
اِسْم إِشَارَة
ISIM ISYARAH (Kata Tunjuk)
Kita telah mempelajari penggolongan Isim menurut jenisnya yaitu
Mudzakkar dan Muannats serta menurut jumlahnya yaitu Mufrad, Mutsanna
dan Jamak. Penggolongan Isim ini sangat penting dalam mempelajari
kaidah-kaidah Bahasa Arab selanjutnya. Diantaranya bisa kita lihat dalam
pembahasan tentang Isim Isyarah atau Kata Tunjuk.
Pada dasarnya, ada dua macam Isim Isyarah atau Kata Tunjuk yaitu:
1.
هَذَا (=ini) untuk menunjuk yang dekat. Contoh:
هَذَا كِتَابٌ (= ini sebuah buku)
2.
ذَلِكَ (=itu) untuk menunjuk yang jauh. Contoh:
ذَلِكَ كِتَابٌ (= itu sebuah buku)
Bila Isim Isyarah itu menunjuk kepada Isim Muannats maka:
1.
هَذَا menjadi:
هَذِهِ (=ini). Contoh:
هَذِهِ مَجَلَّةٌ (= ini sebuah majalah)
2.
ذَلِكَ menjadi:
تِلْكَ (=itu). Contoh:
تِلْكَ مَجَلَّةٌ (= itu sebuah majalah)
Adapun bila Isim yang ditunjuk itu adalah Mutsanna (Dual), maka:
1.
هَذَا menjadi
هَذَانِ. Contoh:
هَذَانِ كِتَابَانِ (= ini dua buku)
2.
هَذِهِ menjadi
هَتَانِ. Contoh:
هَتَانِ مَجَلَّتَانِ (= ini dua majalah)
3.
ذَلِكَ menjadi
ذَانِكَ. Contoh:
ذَانِكَ كِتَابَانِ (= itu dua buku)
4.
تِلْكَ menjadi
تَانِكَ. Contoh:
تَانِكَ مَجَلَّتَانِ (= itu dua majalah)
Sedangkan bila Isim yang ditunjuk itu adalah Jamak (lebih dari dua):
1. Bila Isim yang ditunjuk itu benda yang tidak berakal, maka biasanya digunakan:
هَذِهِ (=ini) untuk menunjuk yang dekat dan
تِلْكَ (=itu) untuk menunjuk yang jauh. Contoh:
- هَذِهِ كُتُبٌ (= ini buku-buku)
- تِلْكَ كُتُبٌ (= itu buku-buku)
2. Bila Isim yang ditunjuk itu makhluk yang berakal, maka biasanya digunakan:
هَؤُلاَءِ (=ini) untuk menunjuk yang dekat dan
أُولَئِكَ (=itu) untuk menunjuk yang jauh. Contoh:
- هَؤُلاَءِ طُلاَّبٌ (= ini siswa-siswa)
- أُولَئِكَ طُلاَّبٌ (= itu siswa-siswa)
اِسْم مَوْصُوْل
ISIM MAUSHUL (Kata Sambung)
Isim
Maushul (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan
atau menggabungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu
kalimat. Dalam bahasa Indonesia, Kata Sambung ini biasanya diwakili
dengan kata: "yang".
Bentuk asal/dasar dari Isim Maushul adalah:
الَّذِيْ (=yang).
Perhatikan contoh penggunaan Isim Maushul dalam menghubungkan atau menggabungkan dua kalimat di bawah ini:
Kalimat I:
الْمُدَرِّسُ جَاءَ (= datang guru itu)
Kalimat II:
اَلْمُدَرِّسُ يَدْرُسُ الْفِقْهَ (= guru itu mengajar Fiqh)
Kalimat III:
جَاءَ الْمُدَرِّسُ الَّذِيْ يَدْرُسُ الْفِقْهَ (= datang guru yang mengajar Fiqh)
Dalam contoh di atas, Kalimat III adalah gabungan dari Kalimat I dan II yang dihubungkan dengan Isim Maushul:
الَّذِيْ Untuk Isim Muannats, Isim Maushul
الَّذِيْ berubah menjadi:
الَّتِيْ جَاءَتِ الْمُدَرِّسَةُ الَّتِيْ تَدْرُسُ الْفِقْهَ (= datang guru (pr) yang mengajar Fiqh itu)
Bila Isim Maushul itu digunakan untuk Mutsanna (Dual) maka:
1.
الَّذِيْ menjadi:
الَّذَانِ atau
الَّذَيْنِ; contoh:
جَاءَ الْمُدَرِّسَانِ الَّذَانِ يَدْرُسَانِ الْفِقْهَ(= datang dua orang guru (lk) yang mengajar Fiqh itu)
2.
الَّتِيْ menjadi:
الَّتَانِ atau
الَّتَيْنِ; contoh:
جَاءَتِ الْمُدَرِّسَتَانِ الَّتَانِ تَدْرُسَانِ الْفِقْهَ(= datang dua orang guru (pr) yang mengajar Fiqh)
Bila Isim Maushul itu dipakai untuk Jamak maka:
1.
الَّذِيْ menjadi:
الَّذِيْنَ ; contoh:
جَاءَ الْمُدَرِّسُوْنَ الَّذِيْنَ يَدْرُسُوْنَ الْفِقْهَ(= datang guru-guru (lk) yang mengajar Fiqh itu)
2.
الَّتِيْ menjadi:
اللاَّتِيْ/
اللاَّئِيْ ; contoh:
جَاءَتِ الْمُدَرِّسَاتُ اللاَّتِيْ يَدْرُسْنَ الْفِقْهَ(= datang guru-guru (pr) yang mengajar Fiqh itu)
Disamping
الَّذِيْ, termasuk juga dalam Isim Maushul antara lain:
مَنْ (=siapa yang),
مَا (=apa yang),
أَيّ (=mana yang). Contoh:
جَاءَ مَنْ أَعْرِفُهُ (=datang siapa yang aku mengenalnya)
وَجَدْنَا مَا بَحَثْنَا (=kita telah temukan apa yang kita cari)
نَكِرَة - مَعْرِفَة
NAKIRAH (Sebarang) - MA'RIFAH (Tertentu)
Menurut penunjukannya, Isim dapat dibagi dua:
1. ISIM NAKIRAH atau kata benda umum atau tak tentu.
2. ISIM MA'RIFAH atau kata benda dikenal atau tertentu.
Isim Nakirah merupakan bentuk asal dari setiap Isim, biasanya ditandai dengan
tanwin (
ً ٍ ٌ) pada huruf akhirnya. Sedangkan Isim Ma'rifah biasanya ditandai dengan huruf Alif-Lam (
ال) di awalnya. Contoh:

Coba
bandingkan dan perhatikan perbedaan makna dan fungsi antara Isim
Nakirah dan Isim Ma'rifah dalam dua buah kalimat di bawah ini:
ذَلِكَ بَيْتٌ. اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ (=Itu sebuah rumah. Rumah itu baru)
رَأَيْتُ وَلَدًا. اَلْوَلَدُ ذَكِيٌّ (=Aku melihat seorang anak. Anak itu pintar)
Termasuk dalam kelompok Isim Ma'rifah diantaranya adalah:
1.
Isim 'Alam (Nama Diri) yang sudah kita pelajari sebelumnya. Semua
Isim 'Alam merupakan Isim Ma'rifah, meskipun ada diantaranya yang
menggunakan huruf tanwin di belakangnya. Misalnya:
أَحْمَدُ (=Ahmad),
عَلِيٌّ (=Ali),
مَكَّةُ (=Makkah)
2. Isim Dhamir (Kata Ganti). Isim ini akan kita pelajari lebih lanjut. Contoh:
أَنَا (=saya),
نَحْنُ (=kami, kita),
هُوَ (=dia)
Marilah
kita melanjutkan pembahasan tentang Isim Dhamir (Kata Ganti) yang
sangat penting untuk mempelajari Fi'il (Kata Kerja) kelak.
ضَمِيْر
DHAMIR (Kata Ganti)
Dhamir
atau "kata ganti" ialah Isim yang berfungsi untuk menggantikan atau
mewakili penyebutan sesuatu/seseorang ataupun sekelompok benda/orang.
Seperti yang sudah kita jelaskan di atas, Dhamir termasuk dalam golongan
Isim Ma'rifah. Perhatikan contoh penggunaan Dhamir dalam kalimat di
bawah ini:
- أَحْمَدُ يَرْحَمُ اْلأَوْلاَدَ (=Ahmad menyayangi anak-anak)
- هُوَ يَرْحَمُهُمْ (=Dia menyayangi mereka)
Pada kedua kalimat di atas, kita lihat bahwa:
- kata أَحْمَدُ (=Ahmad) diganti dengan هُوَ (=dia)
- kata الأَوْلاَد (=anak-anak) diganti dengan هُمْ (=mereka).
Kata
هُوَ (=dia) dan
هُمْ (=mereka) merupakan Dhamir atau Kata Ganti.
Menurut fungsinya dalam kalimat, ada dua golongan Dhamir yaitu:
1. DHAMIR RAFA' (
ضَمِيْر رَفْع) yang berfungsi sebagai Subjek.
2. DHAMIR NASHAB (
ضَمِيْر نَصْب) yang berfungsi sebagai Objek.
Dhamir
Rafa' dapat berdiri sendiri sebagai satu kata, sedangkan Dhamir Nashab
tidak dapat berdiri sendiri atau harus terikat dengan kata lain.
Dalam contoh kalimat yang tadi:
هُوَ يَرْحَمُهُمْ (= Dia menyayangi mereka)
- Kata هُوَ (=dia) adalah Dhamir Rafa'
- Kata هُمْ (=mereka) adalah Dhamir Nashab.
ضَمِيْر رَفْع
DHAMIR RAFA' (Kata Ganti Subjek)
Dalam Bahasa Arab dikenal duabelas bentuk Dhamir (Kata Ganti):

ضَمِيْر نَصْب
DHAMIR NASHAB (Kata Ganti Objek)
Dhamir
Nashab adalah turunan dari Dhamir Rafa'. Dengan kata lain, setiap
Dhamir Rafa' memiliki padanan dengan Dhamir Nashab; maknanya sama tetapi
bentuk dan fungsinya berbeda.
Perhatikan tabel Dhamir Rafa' dan Dhamir Nashab berikut ini:

Perbedaan yang paling mendasar antara kedua jenis Dhamir ini adalah:
" Dhamir Rafa' berfungsi sebagai Subjek serta dapat berdiri sendiri dan terpisah dari kata lain atau MUNFASHIL (
مُنْفَصِل); sedangkan
"
Dhamir Nashab berfungsi sebagai Objek/Keterangan serta tidak dapat
berdiri sendiri dan selalu terikat dengan kata lain atau MUTTASHIL (
مُتَّصِل), baik itu terikat dengan Isim, Fi'il ataupun Harf.
1) Contoh Dhamir Nashab yang terikat dengan Isim dalam kalimat:
- أَنَا مُسْلِمٌ، دِيْنِيَ اْلإِسْلاَمُ =saya seorang muslim, agamaku Islam
- نَحْنُ مُسْلِمُوْنَ، دِيْنُنَا اْلإِسْلاَمُ =Kami/kita orang-orang muslim, agama kami Islam
- أَنْتَ مُسْلِمٌ، دِيْنُكَ اْلإِسْلاَمُ =engkau (lk) seorang muslim, agamamu Islam
- أَنْتِ مُسْلِمَةٌ، دِيْنُكِ اْلإِسْلاَمُ = engkau (pr) seorang muslim, agamamu Islam
2) Contoh Dhamir Nashab yang terikat dengan Fi'il dalam kalimat:
- أَنْتُمَا مُسْلَمَانِ، اَللهُ يَرْحَمُكُمَا =kamu berdua adalah muslim, Allah merahmati kamu berdua
- أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، اَللهُ يَرْحَمُكُمْ =kalian (lk) adalah muslimun, Allah merahmati kalian
- أَنْتُنَّ مُسْلِمَاتٌ، اَللهُ يَرْحَمُكُنَّ =kalian (pr) adalah muslimat, Allah merahmati kalian
- هُوَ مُسْلِمٌ، اَللهُ يَرْحَمُهُ =dia (lk) adalah muslim, Allah merahmatinya
3) Contoh Dhamir Nashab yang terikat dengan Harf dalam kalimat:
- هِيَ مُسْلِمَةٌ، عَلَيْهَا السَّلاَمُ =dia (pr) adalah seorang muslimah, atasnya salam
- هُمَا مُسْلِمَانِ، عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ =mereka berdua adalah muslim, atas mereka berdua salam
- هُمْ مُسْلِمُوْنَ، عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ =mereka (lk) adalah muslimin, atas mereka salam
- هُنَّ مُسْلِمَاتٌ، عَلَيْهِنَّ السَّلاَمُ =mereka (pr) adalah muslimat, atas mereka salam
فِعْل
FI'IL (Kata Kerja)
Fi'il dibagi atas dua golongan besar menurut waktu terjadinya:
1. FI'IL MADHY (
فِعْل مَاضِي) atau Kata Kerja Lampau.
2. FI'IL MUDHARI' (
فِعْل مُضَارِع) atau Kata Kerja Kini/Nanti.
Baik
Fi'il Madhy maupun Fi'il Mudhari', senantiasa mengalami perubahan
bentuk sesuai dengan jenis Dhamir yang bertindak sebagai FA'IL (
فَاعِل) atau Pelaku dari pekerjaan itu.
Oleh
karena itu, sangat penting untuk mengetahui Fa'il (Pelaku) dari suatu
kejadian/pekerjaan dan Dhamir (Kata Ganti) apa yang setara dengan Fa'il
tersebut.

Untuk
Fi'il Madhy, perubahan bentuk tersebut terjadi di akhir kata, sedangkan
untuk Fi'il Mudhari', perubahan bentuknya terjadi di awal kata dan di
akhir kata.

1) Bila Fa'il (Pelaku) dari Fi'il (Kata Kerja) itu adalah Dhamir Ghaib atau "orang ketiga" (
هُنَّ -
هُمْ -
هُمَا -
هِيَ -
هُوَ) terletak sesudah Fi'il, maka bentuk Fi'il selalu Mufrad (meskipun Fa'il-nya Mutsanna atau Jamak).
- دَخَلَ اَلْمُسْلِمُ الْمَسْجِدَ = muslim itu memasuki masjid
- دَخَلَتِ الْمُسْلِمَةُ الْمَسْجِدَ = muslimah itu memasuki masjid
- دَخَلَ الْمُسْلِمَانِ الْمَسْجِدَ = dua muslim itu memasuki masjid
- دَخَلَتِ الْمُسْلِمَتَانِ الْمَسْجِدَ = dua muslimah itu memasuki masjid
- دَخَلَ الْمُسْلِمُوْنَ الْمَسْجِدَ = kaum muslimin memasuki masjid
- دَخَلَتِ الْمُسْلِمَاتُ الْمَسْجِدَ = kaum muslimat memasuki masjid
Contoh Jumlah Fi'liyyah dengan Fi'il Mudhari' sebelum Fa'il:
- يَدْخُلُ اَلْمُسْلِمُ الْمَسْجِدَ = muslim itu memasuki masjid
- تَدْخُلُ الْمُسْلِمَةُ الْمَسْجِدَ = muslimah itu memasuki masjid
- يَدْخُلُ الْمُسْلِمَانِ الْمَسْجِدَ = dua muslim itu memasuki masjid
- تَدْخُلُ الْمُسْلِمَتَانِ الْمَسْجِدَ = dua muslimah itu memasuki masjid
- يَدْخُلُ الْمُسْلِمُوْنَ الْمَسْجِدَ = kaum muslimin memasuki masjid
- تَدْخُلُ الْمُسْلِمَاتُ الْمَسْجِدَ = kaum muslimat memasuki masjid
Pada contoh di atas, Fa'il untuk Dhamir Muannats ditandai dengan adanya huruf TA TA'NITS (
ت تَأْنِيْث) atau "Ta Penanda Muannats" di belakang (Fi'il Madhy) atau di depan (pada Fi'il Mudhari').
2) Untuk Fa'il lainnya (
أَنْتُنَّ - أَنْتُمْ - أَنْتُمَا - أَنْتِ - أَنْتَ - نَحْنُ - أَنَا ) tetap mengikuti pola perubahan bentuk Fi'il sebagaimana mestinya.

فِعْل اْلأمْر - فِعْل النَّهْي
FI'IL AMAR (Kata Kerja Perintah)
FI'IL NAHY (Kata Kerja Larangan)
1) Fi'il Amar (Kata Kerja Perintah)Fi'il Amar atau Kata Kerja Perintah adalah fi'il yang memuat pekerjaan yang dikehendaki oleh
Mutakallim (pembicara) agar dilakukan oleh
Mukhathab (lawan
bicara). Maka yang menjadi Fa'il (Pelaku) dari Fi'il Amar adalah Dhamir
Mukhathab (lawan bicara) atau "orang kedua" sebagai orang yang
diperintah untuk melakukan pekerjaan tersebut. Menyuruh mengerjakan
sesuatu berarti pekerjaan tersebut diharapkan akan terlaksana di waktu
yang akan datang, maka pola dasar Fi'il Amar dibentuk dari Fi'il
Mudhari' dengan perubahan seperti berikut:

Contoh dalam kalimat: dari fi'il
عَمِلَ (= beramal, bekerja) menjadi Fi'il Amar:
- اِعْمَلْ لآِخِرَتِكَ = bekerjalah untuk akhiratmu (lk)
- اِعْمَلِيْ لآِخِرَتِكِ = bekerjalah untuk akhiratmu (pr)
- اِعْمَلاَ لآِخِرَتِكُمَا = bekerjalah untuk akhirat kamu berdua
- اِعْمَلُوْا لآِخِرَتِكُمْ = bekerjalah untuk akhirat kalian (lk)
- اِعْمَلْنَ لآِخِرَتِكُنَّ = bekerjalah untuk akhirat kalian (pr)
Disamping
pola umum di atas, terdapat pula beberapa pola Fi'il Amar yang agak
berbeda dari pola di atas, karena menyesuaikan dengan bentuk dasar dari
Fi'il asalnya. Perhatikan contoh berikut:
Fi'il
قَالَ/يَقُوْلُ (=berkata) bila dijadikan Fi'il Amar menjadi:
- قُلْ لِقَوْمِكَ = katakanlah kepada kaummu!
- قُلِيْ لِقَوْمِكِ = katakanlah kepada kaummu (pr)!
- قُوْلاَ لِقَوْمِكُمَا = katakanlah kepada kaum kamu berdua!
- قُوْلُوْا لِقَوْمِكُمْ = katakanlah kepada kaum kalian!
- قُلْنَ لِقَوْمِكُنَّ = katakanlah kepada kaum kalian (pr)!
2) Fi'il Nahy (Kata Kerja Larangan)Untuk membentuk Fi'il Nahy, kita tinggal menambahkan HARF LAA NAHIYAH
لاَ (=jangan) dan memasukkan huruf
تَ di awal Fi'il Amar.
Fi'il
فَعَلَ/يَفْعَلُ (=mengerjakan) bila dijadikan Fi'il Amar menjadi:

Dari fi'il
خَافَ (= takut) dan fi'il
حَزِنَ (= sedih) menjadi Fi'il Nahy:
- لاَ تَخَفْ وَلاَ تَحْزَنْ = jangan (engkau -lk) takut dan jangan sedih
- لاَ تَخَافِيْ وَلاَ تَحْزَنِيْ = jangan (engkau -pr) takut dan jangan sedih
- لاَ تَخَافَا وَلاَ تَحْزَنَا = jangan (kamu berdua) takut dan jangan sedih
- لاَ تَخَافُوْا وَلاَ تَحْزَنُوْا = jangan (kalian -lk) takut dan jangan sedih
- لاَ تَخَفْنَ وَلاَ تَحْزَنَّ = jangan (kalian -pr) takut dan jangan sedih
Catatan:
Bila huruf akhir sebuah Fi'il adalah sukun dan bertemu dengan awalan
Alif-Lam dari sebuah Isim Ma'rifah, maka untuk pelafalannya, baris sukun
dari huruf akhir fi'il amar tersebut dibaca dengan baris kasrah.
Misalnya: (
أَقِمْ الصَّلاَةَ) dibaca (
أَقِمِ الصَّلاَةَ)
فِعْل مَعْلُوْم - فِعْل مَجْهُوْل
FI'IL MA'LUM (Kata Kerja Aktif) - FI'IL MAJHUL (Kata Kerja Pasif)
Dalam tata bahasa Indonesia, dikenal istilah Kata Kerja Aktif dan Kata Kerja Pasif. Perhatikan contoh berikut ini:
Abubakar membuka pintu. --> kata "membuka" disebut Kata Kerja Aktif.
Pintu dibuka oleh Abubakar. --> kata "dibuka" disebut Kata Kerja Pasif.
Dalam
tata bahasa Arab, dikenal pula istilah Fi'il Ma'lum dan Fi'il Majhul
yang fungsinya mirip dengan Kata Kerja Aktif dan Kata Kerja Pasif.
Perhatikan dan bandingksan kedua contoh kalimat di bawah ini:
- Fi'il ضَرَبَ (=memukul)
adalah Fi'il Ma'lum (Kata Kerja Aktif). Dinamakan Fi'il Ma'lum (ma'lum
artinya yang diketahui) karena Fa'il atau Pelakunya diketahui. Dalam
contoh di atas Umar bertindak selaku Fa'il atau pelaku pekerjaan yakni
memukul.
- Fi'il ضُرِبَ (=dipukul)
adalah Fi'il Majhul (Kata Kerja Pasif). Dinamakan Fi'il Majhul (majhul
artinya yang tidak diketahui) karena Fa'il atau Pelakunya tidak
diketahui atau tidak disebutkan. Dalam contoh di atas, Umar bukan
merupakan Fa'il (Pelaku) melainkan disebut dengan istilah Naib al-Fa'il (نَائِبُ الْفَاعِل) atau Pengganti Pelaku.
Fi'il Majhul dibentuk dari Fi'il Ma'lum dengan perubahan sebagai berikut:
a) Huruf pertamanya menjadi berbaris Dhammah
b) Huruf sebelum huruf terakhirnya menjadi berbaris Kasrah untuk Fi'il Madhy dan menjadi berbaris Fathah untuk Fi'il Mudhari'.

Fi'il Madhy
أَمَرَ (=memerintah) menjadi Fi'il Majhul
أُمِرَ (=diperintah):
- أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللهَ = aku diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرْنَا أَنْ نَعْبُدَ اللهَ = kami diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرْتَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ = engkau (lk) diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرْتِ أَنْ تَعْبُدِي اللهَ = engkau (pr) diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرْتُمَا أَنْ تَعْبُدَا اللهَ = kamu berdua diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرْتُمْ أَنْ تَعْبُدُوا اللهَ = kalian (lk) diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرْتُنَّ أَنْ تَعْبُدْنَ اللهَ = kalian (pr) diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرَ أَنْ يَعْبُدَ اللهَ = dia (lk) diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرَتْ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ = dia (pr) diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرَا أَنْ يَعْبُدَا اللهَ = mereka (2 lk) diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرَتَا أَنْ تَعْبُدَا اللهَ = mereka (2 pr) diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرُوْا أَنْ يَعْبُدُوا اللهَ = mereka (lk) diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرْنَ أَنْ يَعْبُدْنَ اللهَ = mereka (pr) diperintah agar menyembah Allah
Fi'il Mudhari'
يَعْرِفُ (=mengenal) menjadi Fi'il Majhul
يُعْرَفُ (=dikenal):
- أُعْرَفُ بِكَلاَمِيْ = aku dikenal dari bicaraku
- نُعْرَفُ بِكَلاَمِنَا = kami dikenal dari bicara kami
- تُعْرَفُ بِكَلاَمِكَ = engkau (lk) dikenal dari bicaramu
- تُعْرَفِيْنَ بِكَلاَمِكِ = engkau (pr) dikenal dari bicaramu
- تُعْرَفَانِ بِكَلاَمِكُمَا = kamu berdua dikenal dari bicara kamu berdua
- تُعْرَفُوْنَ بِكَلاَمِكُمْ = kalian (lk) dikenal dari bicara kalian
- تُعْرَفْنَ بِكَلاَمِكُنَّ = kalian (pr) dikenal dari bicara kalian
- يُعْرَفُ بِكَلاَمِهِ = dia (lk) dikenal dari bicaranya
- تُعْرَفُ بِكَلاَمِهَا = dia (pr) dikenal dari bicaranya
- يُعْرَفَانِ بِكَلاَمِهِمَا = mereka (2 lk) dikenal dari bicara mereka
- يُعْرَفُوْنَ بِكَلاَمِهِمْ = mereka (lk) dikenal dari bicara mereka
- يُعْرَفْنَ بِكَلاَمِهِنَّ = mereka (pr) dikenal dari bicara mereka