Petunjuk Rasulullah Mengenai Fitnah |
|
Firman Allah s.w.t. “Hai orang-orang yang beriman! kalau datang
kepada kamu orang fasik membawa berita, periksalah dengan saksama supaya
kamu tidak mencelakakan suatu kaum dengan tidak diketahui, kemudian
kamu menyesal atas perbuatan itu” (Ayat 6 : Surah Al-Hujurat)
Beberapa hadith Rasulullah s.a.w. mengenai fitnah :
1. “Tidak akan masuk syurga pembawa fitnah” (Hadith riwayat Bukhari dan Muslim) 2. “Yang paling dikasihi oleh Allah di antara kamu adalah : mereka yang baik akhlak, yang merendahkan sayapnya (diri), yang suka dengan orang dan yang disukai orang. Manakala yang dimurkai oleh Allah adalah : mereka yang pergi membawa fitnah, yang menceraiberaikan di antara saudara dan mencaci orang yang tidak berslah akan kesalahannya” (Hadith riwayat At-Tabharani dan Abu Hurairah r.a.) 3. Abu Zhar Al-Ghiffari berkata, Rasullullah s.a.w. bersabda :”Barangsiapa menyiarkan terhadap orang muslim satu perkataan untuk memalukannya dengan tidak sebenarnya, nescaya dia akan diberi malu oleh Allah dalam neraka pada hari kiamat” (diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya) 4. Abu Darda berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda “Laki-laki manapun yang menyiarkan terhadap seseorang satu perkataan di aman orang itu terlepas (tiada tersangkut dengan perkataan tersebut), untuk memalukannua di dunia, nescaya berhak Allah menghancurkan laki-laki itu pada hari kiamat dalam api neraka”. 5. dari Ibnu Umar bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda :”Sesungguhnya tatkala Allah menjadikan syurga, lalu berfirman kepada syurga itu :”Berbicaralah”. Maka syurga itu berkata :”Berbahagialah siapa yang masuk kepadaku”. Lalu Allah berfirman :”Demi KemuliaanKu dan KeagunganKu! Tidak akan menempati pada engkau 8 golongan manusia :- a) orang yang selalu minum khamar b) yang selalu berzina c) yang qattaat (tukang fitnah) d) yang mengetuai peperangan e) pengawal penguasa f) orang yang bertingkahlaku seperti wanita g) orang yang berkata :”Atas diriku janji Allah, kalau aku tidak berbuat begitu dan begitu. Kemudian dia tidak menepati perkataannya itu”. (Ihya Ulumuddin, Jilid 3) 6. Diriwayatkan Ka’bul Ahbar, bahawa kemarau telah menimpa kaum Bani Israil. Lalu Nabi Musa berdoa meminta hujan berulang-ulang. Tetapi tidak juga diturunkan hujan kepada mereka. Maka Allah s.w.t. menurunkan wahyu kepada Musa :”Sesungguhnya Aku tidak menerima doa engkau dan doa orang-orang yang bersama engkau, di mana di kalangan engkau itu ada nammaam (pembawa fitnah), yang berkekalan buat fitnah”. Maka Nabi Musa berdoa :”Wahai Tuhanku, siapakah orang itu? Tunjukkanlah, siapakah orang itu? Tunjukkanlah kepadaku pembuat fitnah itu, sehingga aku dapat mengeluarkannya dari kalangan kami”. Tuhan berfirman :”Hai Musa! Aku melarang kamu dari namimah (Pembuat fitnah)”. maka bertaubatlah mereka semua. Lalu diturunkan hujan kepada mereka. 7. Diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz bahawa seorang laki-laki datang kepadanya menerangkan sesuatu tentang orang lain. Maka Umar berkata kepadanya: “kalau engkau mahu, maka kami akan memperhatikan tentang keadaanmu. Kalau engkau dusta, maka engkau termasuk orang yang disebut dalam ayat ini. “Kalau datang kepadamu orang fasik yang membawa berita, periksalah dengan saksama”. Dan kalau engkau benar maka engkau termasuk orang yang disebut dalam ayat ini”, “Suka mencela, berjalan membuat hasung dan fitnah”. Kalau engkau kehendaki, nescaya kami memaafkan engkau. Lalu laki-laki itu berkata : “Maaf wahai Amirul Mukminin. Dan aku tidak akan mengulangi lagi untuk selama-lamanya.” 8. Imam Al-Ghazali mengatakan bahawa tukang fitnah tidak dapat dipercayai kata-katanya dan tidak diterima sedekahnya. Sesungguhnya fitnah ditegakkan di atas kedustaan, kedengkian dan kemunafikan. Kesemua sifat ini adalah tungku dapur kehinaan.
Sumber asal : http://www.tranungkite.net/lama/b04/finaz8.htm
w.n.afinaz p/s- dari Masjid Saidina Abu Bakar As-Siddiq, Bangsar. |
Home » Archives for Desember 2013
Senin, 23 Desember 2013
Bahaya Fitnah
Kamis, 19 Desember 2013
Penyakit psoriasis, penyebab, gejala, ciri-ciri dan obatnya
Pada kesempatan ini saya ingin membahas tentang salah satu penyakit
yang memang susah untuk di sembuhkan, namun bukan tidak mungkin penyakit
ini bisa di sembuhkan karena bagaimanapun tuhan memberikan penyakit
pasti ada obatnya. yah, sesuai judul kali ini Penyakit psoriasis,
penyebab, gejala, ciri-ciri dan obatnya jadi yang akan kita
adalah bahas tentang penyakit psoriasis.
Penyakit kulit Psoriasis merupakan penyakit inflamasi noninfeksius
yang kronik pada kulit dimana produksi sel – sel epidermis terjadi
dengan kecepatan kurang lebih enam hingga Sembilan kali lebih besar
daripada kecepatan yang normal.
Psoriasis sering timbul di kuku, dimulai dari bintik putih pada kuku
sampai ke penebalan kuku, juga mengenai kulit kepala (skalp) ditandai
dengan sisik besar dan penebalan dengan warna kemerahan yang akan
melewati batas rambut. Selain itu penyakit ini sering mengenai siku dan
lutut, walaupun dapat juga mengenai wajah, lipat lutut dan siku,
genitalia, telapak tangan dan kaki, sesuai tingkat keparahannya penyakit
ini bisa meluas keseluruh tubuh (eritroderma) yang akan menimbulkan
kegawatan dan dapat mengancam jiwa. Psoriasis merupakan inflamasi kronis
pada kulit yang sering terjadi.
Apakah psoriaris dapat menular?
jawabanya adalah tidak, karena penyakit kulit jenis ini di sebabkan
auto imun pada penderitanya. Normalnya seseorang mengalami pergantian
kulit adalah 3-4 minggu sekali, namun bagi penderita kulit jenis ini
akan mengalami masa pergantian yang relatif cepat antara 2-3 hari sekali
dan juga tidak merata hingga menyebabkan timbulnya bercak-bercak merah
pada kulit.
Penyebab penyakit psoriasis.
Seperti keadaan penyakit lainya, begitupun dengan penyakit psoriasis juga mempunyai penyebab, berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang diperkirakan dapat memicu timbulnya Psoriasis, antara lain adalah :- Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada saat gatal digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering pada saat beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan kemudian digaruk/dikorek, maka akan mengakibatkan kulit bertambah tebal.
- Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik.
- Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
- Emosi tak terkendali.
- Sedang mengalami infeksi saluran nafas bagian atas, yang keluhannya dapat berupa demam nyeri menelan, batuk dan beberapa infeksi lainnya.
- Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit menjadi merah , misalnya mengandung alcohol.
- Di daerah kepala menyerupai ketombe
- Di siku, lutut dan bokong
- Di wajah
- Telapak tangan
- Telapak kaki
- Bisa juga pada alat kelamin.
- Bisa juga menyerang kuku (akan terlihat lubang-lubang kecil pada salah satu bagian kuku sehingga menyebabkan kuku rapuh).
Membuka Catatan Sejarah Detik Detik Proklamasi 17 Agustus
BAHASA ARAB
1. Anatomi Bahasa
ANATOMI BAHASA
Bahasa adalah sistim penyampaian pesan yang digunakan oleh manusia, baik lewat simbol suara yang bisa didengar (bahasa lisan) maupun menggunakan simbol bentuk atau lambang yang bisa dilihat atau dibaca (bahasa tulisan).
Semua bahasa manusia tersusun dari tiga komponen dasar yaitu:
1. Satuan bunyi yang disebut "huruf" atau "abjad".
Contoh: م - س - ج - د
2. Susunan huruf yang memiliki arti tertentu yang disebut "kata".
Contoh: مَسْجِدٌ (= masjid)
3. Rangkaian kata yang mengandung maksud atau pikiran yang utuh yang disebut "kalimat".
Contoh: أُصَلِّيْ فِي الْمَسْجِدِ (= saya shalat di masjid)
Dalam tata bahasa Arab, "kata" dibagi ke dalam tiga golongan besar:
1. ISIM ( اِسْم ) atau "kata benda". Contoh: مَسْجِد (= masjid)
2. FI'IL ( فِعْل ) atau "kata kerja". Contoh: أُصَلِّيْ (= saya shalat)
3. HARF ( حَرْف ) atau "kata tugas". Contoh: فِيْ (= di, dalam)
Perlu diingat bahwa istilah Kata Benda, Kata Kerja dan Kata Tugas seperti yang kita kenal dalam tata bahasa Indonesia, tidak sama persis dengan pengertian Isim, Fi'il dan Harf dalam tata bahasa Arab.
2. Isim 'Alam
ISIM 'ALAM (Kata Benda Nama)
Dalam golongan Isim, ada yang disebut dengan Isim 'Alam yaitu Isim yang merupakan nama diri (proper name) dari seseorang atau sesuatu.
Perhatikan perbedaan Isim 'Alam dengan Isim yang biasa di bawah ini:
Isim Biasa
- رَجُل (=laki-laki)
- اِمْرَأَة (=perempuan)
- قَرْيَة (=negeri)
- شَهْر (=bulan)
Isim 'Alam
- مُحَمَّد (=Muhammad), عُمَر (=Umar), سُودِرْمَان (=Sudirman)
- خَدِيْجَة (=Khadijah), مَرْيَم (=Maryam), كَرْتِيْنِي (=Kartini)
- مَكَّة (=Makkah), مَدِيْنَة (=Madinah), جَاكَرْتَا (=Jakarta)
- رَمَضَان (=Ramadhan), رَجَب (=Rajab), يَنَايِر (=Januari)
3. Mudzakkar - Muannats
MUDZAKKAR (Laki-laki) - MUANNATS (Perempuan)
Dalam tata bahasa Arab, dikenal adanya penggolongan Isim ke dalam Mudzakkar (laki-laki) atau Muannats (perempuan). Penggolongan ini ada yang memang sesuai dengan jenis kelaminnya (untuk manusia dan hewan) dan adapula yang merupakan penggolongan secara bahasa saja (untuk benda dan lain-lain).
Contoh Isim Mudzakkar
- عِيْسَى (= 'Isa)
- اِبْنٌ (= putera)
- بَقَرٌ (= sapi jantan)
- بَحْرٌ (= laut)
Contoh Isim Muannats
- مَرْيَم (= Maryam)
- بِنْتٌ (= puteri)
- بَقَرَةٌ (= sapi betina)
- رِيْحٌ (= angin)
Dari segi bentuknya, Isim Muannats biasanya ditandai dengan adanya tiga jenis huruf di belakangnya yaitu:
a) Ta Marbuthah ( ة ). Misalnya: فَاطِمَة (=Fathimah), مَدْرَسَة (=sekolah)
b) Alif Maqshurah ( ى ). Misalnya: سَلْمَى (=Salma), حَلْوَى (=manisan)
c) Alif Mamdudah ( اء ). Misalnya: أَسْمَاء (=Asma'), سَمْرَاء (=pirang)
Namun adapula Isim Muannats yang tidak menggunakan tanda-tanda di atas.
Misalnya: رِيْحٌ (= angin), نَفْسٌ (= jiwa, diri), شَمْسٌ (= matahari)
Bahkan ada pula beberapa Isim Mudzakkar yang menggunakan Ta Marbuthah.
Contoh: حَمْزَة (= Hamzah), طَلْحَة (= Thalhah), مُعَاوِيَة (= Muawiyah)
4. Mufrad - Mutsanna - Jamak
Dari segi bilangannya, bentuk-bentuk Isim dibagi tiga:
1) ISIM MUFRAD (tunggal) kata benda yang hanya satu atau sendiri.
2) ISIM MUTSANNA (dual) kata benda yang jumlahnya dua.
3) ISIM JAMAK (plural) atau kata benda yang jumlahnya lebih dari dua.
Isim Mutsanna (Dual) bentuknya selalu beraturan yakni diakhiri dengan huruf Nun Kasrah (نِ), baik untuk Isim Mudzakkar maupun Isim Muannats. Contoh:
Adapun Isim Jamak, dari segi bentuknya terbagi dua macam:
1. JAMAK SALIM ( جمْع سَالِم ) yang bentuknya beraturan:
2. JAMAK TAKSIR (جَمْع تَكْسِيْر ) yang bentuknya tidak beraturan:
Isim Mufrad, Isim Mutsanna dan Isim Jamak Salim ada yang tergolong Isim Mudzakkar dan adapula Isim Muannats. Misalnya:
- مُسْلِمٌ (=seorang muslim) --> Mufrad Mudzakkar
- مُسْلِمَةٌ (=seorang muslimah) --> Mufrad Muannats
- مُسْلِمَانِ (=dua muslim) --> Mutsanna Mudzakkar
- مُسْلِمَتَانِ (=dua muslimah) --> Mutsanna Muannats
- مُسْلِمُوْنَ (=muslimin) --> Jamak Salim Mudzakkar
- مُسْلِمَاتٌ (=muslimat) --> Jamak Salim Muannats
5. Isim Isyarah
Kita telah mempelajari penggolongan Isim menurut jenisnya yaitu Mudzakkar dan Muannats serta menurut jumlahnya yaitu Mufrad, Mutsanna dan Jamak. Penggolongan Isim ini sangat penting dalam mempelajari kaidah-kaidah Bahasa Arab selanjutnya. Diantaranya bisa kita lihat dalam pembahasan tentang Isim Isyarah atau Kata Tunjuk.
Pada dasarnya, ada dua macam Isim Isyarah atau Kata Tunjuk yaitu:
1. هَذَا (=ini) untuk menunjuk yang dekat. Contoh: هَذَا كِتَابٌ (= ini sebuah buku)
2. ذَلِكَ (=itu) untuk menunjuk yang jauh. Contoh: ذَلِكَ كِتَابٌ (= itu sebuah buku)
Bila Isim Isyarah itu menunjuk kepada Isim Muannats maka:
1. هَذَا menjadi: هَذِهِ (=ini). Contoh: هَذِهِ مَجَلَّةٌ (= ini sebuah majalah)
2. ذَلِكَ menjadi: تِلْكَ (=itu). Contoh: تِلْكَ مَجَلَّةٌ (= itu sebuah majalah)
Adapun bila Isim yang ditunjuk itu adalah Mutsanna (Dual), maka:
1. هَذَا menjadi هَذَانِ. Contoh: هَذَانِ كِتَابَانِ (= ini dua buku)
2. هَذِهِ menjadi هَتَانِ. Contoh: هَتَانِ مَجَلَّتَانِ (= ini dua majalah)
3. ذَلِكَ menjadi ذَانِكَ. Contoh: ذَانِكَ كِتَابَانِ (= itu dua buku)
4. تِلْكَ menjadi تَانِكَ. Contoh: تَانِكَ مَجَلَّتَانِ (= itu dua majalah)
Sedangkan bila Isim yang ditunjuk itu adalah Jamak (lebih dari dua):
1. Bila Isim yang ditunjuk itu benda yang tidak berakal, maka biasanya digunakan: هَذِهِ (=ini) untuk menunjuk yang dekat dan تِلْكَ (=itu) untuk menunjuk yang jauh. Contoh:
- هَذِهِ كُتُبٌ (= ini buku-buku)
- تِلْكَ كُتُبٌ (= itu buku-buku)
- هَؤُلاَءِ طُلاَّبٌ (= ini siswa-siswa)
- أُولَئِكَ طُلاَّبٌ (= itu siswa-siswa)
6. Isim Maushul
ISIM MAUSHUL (Kata Sambung)
Isim Maushul (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan atau menggabungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Dalam bahasa Indonesia, Kata Sambung ini biasanya diwakili dengan kata: "yang".
Bentuk asal/dasar dari Isim Maushul adalah: الَّذِيْ (=yang).
Perhatikan contoh penggunaan Isim Maushul dalam menghubungkan atau menggabungkan dua kalimat di bawah ini:
Kalimat I:
الْمُدَرِّسُ جَاءَ (= datang guru itu)
Kalimat II:
اَلْمُدَرِّسُ يَدْرُسُ الْفِقْهَ (= guru itu mengajar Fiqh)
Kalimat III:
جَاءَ الْمُدَرِّسُ الَّذِيْ يَدْرُسُ الْفِقْهَ (= datang guru yang mengajar Fiqh)
Dalam contoh di atas, Kalimat III adalah gabungan dari Kalimat I dan II yang dihubungkan dengan Isim Maushul: الَّذِيْ
Untuk Isim Muannats, Isim Maushul الَّذِيْ berubah menjadi: الَّتِيْ
جَاءَتِ الْمُدَرِّسَةُ الَّتِيْ تَدْرُسُ الْفِقْهَ
(= datang guru (pr) yang mengajar Fiqh itu)
Bila Isim Maushul itu digunakan untuk Mutsanna (Dual) maka:
1. الَّذِيْ menjadi: الَّذَانِ atau الَّذَيْنِ; contoh:
جَاءَ الْمُدَرِّسَانِ الَّذَانِ يَدْرُسَانِ الْفِقْهَ
(= datang dua orang guru (lk) yang mengajar Fiqh itu)
2. الَّتِيْ menjadi: الَّتَانِ atau الَّتَيْنِ; contoh:
جَاءَتِ الْمُدَرِّسَتَانِ الَّتَانِ تَدْرُسَانِ الْفِقْهَ
(= datang dua orang guru (pr) yang mengajar Fiqh)
Bila Isim Maushul itu dipakai untuk Jamak maka:
1. الَّذِيْ menjadi: الَّذِيْنَ ; contoh:
جَاءَ الْمُدَرِّسُوْنَ الَّذِيْنَ يَدْرُسُوْنَ الْفِقْهَ
(= datang guru-guru (lk) yang mengajar Fiqh itu)
2. الَّتِيْ menjadi: اللاَّتِيْ/اللاَّئِيْ ; contoh:
جَاءَتِ الْمُدَرِّسَاتُ اللاَّتِيْ يَدْرُسْنَ الْفِقْهَ
(= datang guru-guru (pr) yang mengajar Fiqh itu)
Disamping الَّذِيْ, termasuk juga dalam Isim Maushul antara lain:
مَنْ (=siapa yang), مَا (=apa yang), أَيّ (=mana yang). Contoh:
جَاءَ مَنْ أَعْرِفُهُ (=datang siapa yang aku mengenalnya)
وَجَدْنَا مَا بَحَثْنَا (=kita telah temukan apa yang kita cari)
7. Isim Nakirah - Isim Ma'rifah
Menurut penunjukannya, Isim dapat dibagi dua:
1. ISIM NAKIRAH atau kata benda umum atau tak tentu.
2. ISIM MA'RIFAH atau kata benda dikenal atau tertentu.
Isim Nakirah merupakan bentuk asal dari setiap Isim, biasanya ditandai dengan tanwin ( ً ٍ ٌ) pada huruf akhirnya. Sedangkan Isim Ma'rifah biasanya ditandai dengan huruf Alif-Lam (ال) di awalnya. Contoh:

Coba bandingkan dan perhatikan perbedaan makna dan fungsi antara Isim Nakirah dan Isim Ma'rifah dalam dua buah kalimat di bawah ini:
ذَلِكَ بَيْتٌ. اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ (=Itu sebuah rumah. Rumah itu baru)
رَأَيْتُ وَلَدًا. اَلْوَلَدُ ذَكِيٌّ (=Aku melihat seorang anak. Anak itu pintar)
Termasuk dalam kelompok Isim Ma'rifah diantaranya adalah:
1. Isim 'Alam (Nama Diri) yang sudah kita pelajari sebelumnya. Semua Isim 'Alam merupakan Isim Ma'rifah, meskipun ada diantaranya yang menggunakan huruf tanwin di belakangnya. Misalnya: أَحْمَدُ (=Ahmad), عَلِيٌّ (=Ali), مَكَّةُ (=Makkah)
2. Isim Dhamir (Kata Ganti). Isim ini akan kita pelajari lebih lanjut. Contoh: أَنَا (=saya), نَحْنُ (=kami, kita), هُوَ (=dia)
Marilah kita melanjutkan pembahasan tentang Isim Dhamir (Kata Ganti) yang sangat penting untuk mempelajari Fi'il (Kata Kerja) kelak.
8. Dhamir (Kata Ganti)
DHAMIR (Kata Ganti)
Dhamir atau "kata ganti" ialah Isim yang berfungsi untuk menggantikan atau mewakili penyebutan sesuatu/seseorang ataupun sekelompok benda/orang. Seperti yang sudah kita jelaskan di atas, Dhamir termasuk dalam golongan Isim Ma'rifah. Perhatikan contoh penggunaan Dhamir dalam kalimat di bawah ini:
- أَحْمَدُ يَرْحَمُ اْلأَوْلاَدَ (=Ahmad menyayangi anak-anak)
- هُوَ يَرْحَمُهُمْ (=Dia menyayangi mereka)
Pada kedua kalimat di atas, kita lihat bahwa:
- kata أَحْمَدُ (=Ahmad) diganti dengan هُوَ (=dia)
- kata الأَوْلاَد (=anak-anak) diganti dengan هُمْ (=mereka).
Menurut fungsinya dalam kalimat, ada dua golongan Dhamir yaitu:
1. DHAMIR RAFA' (ضَمِيْر رَفْع) yang berfungsi sebagai Subjek.
2. DHAMIR NASHAB (ضَمِيْر نَصْب) yang berfungsi sebagai Objek.
Dhamir Rafa' dapat berdiri sendiri sebagai satu kata, sedangkan Dhamir Nashab tidak dapat berdiri sendiri atau harus terikat dengan kata lain.
Dalam contoh kalimat yang tadi:
هُوَ يَرْحَمُهُمْ (= Dia menyayangi mereka)
- Kata هُوَ (=dia) adalah Dhamir Rafa'
- Kata هُمْ (=mereka) adalah Dhamir Nashab.
10. Dhamir Nashab
Dhamir Nashab adalah turunan dari Dhamir Rafa'. Dengan kata lain, setiap Dhamir Rafa' memiliki padanan dengan Dhamir Nashab; maknanya sama tetapi bentuk dan fungsinya berbeda.
Perhatikan tabel Dhamir Rafa' dan Dhamir Nashab berikut ini:

Perbedaan yang paling mendasar antara kedua jenis Dhamir ini adalah:
" Dhamir Rafa' berfungsi sebagai Subjek serta dapat berdiri sendiri dan terpisah dari kata lain atau MUNFASHIL (مُنْفَصِل); sedangkan
" Dhamir Nashab berfungsi sebagai Objek/Keterangan serta tidak dapat berdiri sendiri dan selalu terikat dengan kata lain atau MUTTASHIL (مُتَّصِل), baik itu terikat dengan Isim, Fi'il ataupun Harf.
1) Contoh Dhamir Nashab yang terikat dengan Isim dalam kalimat:
- أَنَا مُسْلِمٌ، دِيْنِيَ اْلإِسْلاَمُ =saya seorang muslim, agamaku Islam
- نَحْنُ مُسْلِمُوْنَ، دِيْنُنَا اْلإِسْلاَمُ =Kami/kita orang-orang muslim, agama kami Islam
- أَنْتَ مُسْلِمٌ، دِيْنُكَ اْلإِسْلاَمُ =engkau (lk) seorang muslim, agamamu Islam
- أَنْتِ مُسْلِمَةٌ، دِيْنُكِ اْلإِسْلاَمُ = engkau (pr) seorang muslim, agamamu Islam
2) Contoh Dhamir Nashab yang terikat dengan Fi'il dalam kalimat:
- أَنْتُمَا مُسْلَمَانِ، اَللهُ يَرْحَمُكُمَا =kamu berdua adalah muslim, Allah merahmati kamu berdua
- أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، اَللهُ يَرْحَمُكُمْ =kalian (lk) adalah muslimun, Allah merahmati kalian
- أَنْتُنَّ مُسْلِمَاتٌ، اَللهُ يَرْحَمُكُنَّ =kalian (pr) adalah muslimat, Allah merahmati kalian
- هُوَ مُسْلِمٌ، اَللهُ يَرْحَمُهُ =dia (lk) adalah muslim, Allah merahmatinya
3) Contoh Dhamir Nashab yang terikat dengan Harf dalam kalimat:
- هِيَ مُسْلِمَةٌ، عَلَيْهَا السَّلاَمُ =dia (pr) adalah seorang muslimah, atasnya salam
- هُمَا مُسْلِمَانِ، عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ =mereka berdua adalah muslim, atas mereka berdua salam
- هُمْ مُسْلِمُوْنَ، عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ =mereka (lk) adalah muslimin, atas mereka salam
- هُنَّ مُسْلِمَاتٌ، عَلَيْهِنَّ السَّلاَمُ =mereka (pr) adalah muslimat, atas mereka salam
11. Fi'il (Kata Kerja)
Fi'il dibagi atas dua golongan besar menurut waktu terjadinya:
1. FI'IL MADHY (فِعْل مَاضِي) atau Kata Kerja Lampau.
2. FI'IL MUDHARI' (فِعْل مُضَارِع) atau Kata Kerja Kini/Nanti.
Baik Fi'il Madhy maupun Fi'il Mudhari', senantiasa mengalami perubahan bentuk sesuai dengan jenis Dhamir yang bertindak sebagai FA'IL (فَاعِل) atau Pelaku dari pekerjaan itu.
Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui Fa'il (Pelaku) dari suatu kejadian/pekerjaan dan Dhamir (Kata Ganti) apa yang setara dengan Fa'il tersebut.

Untuk Fi'il Madhy, perubahan bentuk tersebut terjadi di akhir kata, sedangkan untuk Fi'il Mudhari', perubahan bentuknya terjadi di awal kata dan di akhir kata.

1) Bila Fa'il (Pelaku) dari Fi'il (Kata Kerja) itu adalah Dhamir Ghaib atau "orang ketiga" (هُنَّ - هُمْ - هُمَا - هِيَ - هُوَ) terletak sesudah Fi'il, maka bentuk Fi'il selalu Mufrad (meskipun Fa'il-nya Mutsanna atau Jamak).
- دَخَلَ اَلْمُسْلِمُ الْمَسْجِدَ = muslim itu memasuki masjid
- دَخَلَتِ الْمُسْلِمَةُ الْمَسْجِدَ = muslimah itu memasuki masjid
- دَخَلَ الْمُسْلِمَانِ الْمَسْجِدَ = dua muslim itu memasuki masjid
- دَخَلَتِ الْمُسْلِمَتَانِ الْمَسْجِدَ = dua muslimah itu memasuki masjid
- دَخَلَ الْمُسْلِمُوْنَ الْمَسْجِدَ = kaum muslimin memasuki masjid
- دَخَلَتِ الْمُسْلِمَاتُ الْمَسْجِدَ = kaum muslimat memasuki masjid
Contoh Jumlah Fi'liyyah dengan Fi'il Mudhari' sebelum Fa'il:
- يَدْخُلُ اَلْمُسْلِمُ الْمَسْجِدَ = muslim itu memasuki masjid
- تَدْخُلُ الْمُسْلِمَةُ الْمَسْجِدَ = muslimah itu memasuki masjid
- يَدْخُلُ الْمُسْلِمَانِ الْمَسْجِدَ = dua muslim itu memasuki masjid
- تَدْخُلُ الْمُسْلِمَتَانِ الْمَسْجِدَ = dua muslimah itu memasuki masjid
- يَدْخُلُ الْمُسْلِمُوْنَ الْمَسْجِدَ = kaum muslimin memasuki masjid
- تَدْخُلُ الْمُسْلِمَاتُ الْمَسْجِدَ = kaum muslimat memasuki masjid
Pada contoh di atas, Fa'il untuk Dhamir Muannats ditandai dengan adanya huruf TA TA'NITS (ت تَأْنِيْث) atau "Ta Penanda Muannats" di belakang (Fi'il Madhy) atau di depan (pada Fi'il Mudhari').
2) Untuk Fa'il lainnya ( أَنْتُنَّ - أَنْتُمْ - أَنْتُمَا - أَنْتِ - أَنْتَ - نَحْنُ - أَنَا ) tetap mengikuti pola perubahan bentuk Fi'il sebagaimana mestinya.

12. Fi'il Amar - Fi'il Nahy
FI'IL NAHY (Kata Kerja Larangan)
1) Fi'il Amar (Kata Kerja Perintah)
Fi'il Amar atau Kata Kerja Perintah adalah fi'il yang memuat pekerjaan yang dikehendaki oleh Mutakallim (pembicara) agar dilakukan oleh Mukhathab (lawan bicara). Maka yang menjadi Fa'il (Pelaku) dari Fi'il Amar adalah Dhamir Mukhathab (lawan bicara) atau "orang kedua" sebagai orang yang diperintah untuk melakukan pekerjaan tersebut. Menyuruh mengerjakan sesuatu berarti pekerjaan tersebut diharapkan akan terlaksana di waktu yang akan datang, maka pola dasar Fi'il Amar dibentuk dari Fi'il Mudhari' dengan perubahan seperti berikut:

Contoh dalam kalimat: dari fi'il عَمِلَ (= beramal, bekerja) menjadi Fi'il Amar:
- اِعْمَلْ لآِخِرَتِكَ = bekerjalah untuk akhiratmu (lk)
- اِعْمَلِيْ لآِخِرَتِكِ = bekerjalah untuk akhiratmu (pr)
- اِعْمَلاَ لآِخِرَتِكُمَا = bekerjalah untuk akhirat kamu berdua
- اِعْمَلُوْا لآِخِرَتِكُمْ = bekerjalah untuk akhirat kalian (lk)
- اِعْمَلْنَ لآِخِرَتِكُنَّ = bekerjalah untuk akhirat kalian (pr)
Disamping pola umum di atas, terdapat pula beberapa pola Fi'il Amar yang agak berbeda dari pola di atas, karena menyesuaikan dengan bentuk dasar dari Fi'il asalnya. Perhatikan contoh berikut:
Fi'il قَالَ/يَقُوْلُ (=berkata) bila dijadikan Fi'il Amar menjadi:
- قُلْ لِقَوْمِكَ = katakanlah kepada kaummu!
- قُلِيْ لِقَوْمِكِ = katakanlah kepada kaummu (pr)!
- قُوْلاَ لِقَوْمِكُمَا = katakanlah kepada kaum kamu berdua!
- قُوْلُوْا لِقَوْمِكُمْ = katakanlah kepada kaum kalian!
- قُلْنَ لِقَوْمِكُنَّ = katakanlah kepada kaum kalian (pr)!
2) Fi'il Nahy (Kata Kerja Larangan)
Untuk membentuk Fi'il Nahy, kita tinggal menambahkan HARF LAA NAHIYAH لاَ (=jangan) dan memasukkan huruf تَ di awal Fi'il Amar.
Fi'il فَعَلَ/يَفْعَلُ (=mengerjakan) bila dijadikan Fi'il Amar menjadi:

Dari fi'il خَافَ (= takut) dan fi'il حَزِنَ (= sedih) menjadi Fi'il Nahy:
- لاَ تَخَفْ وَلاَ تَحْزَنْ = jangan (engkau -lk) takut dan jangan sedih
- لاَ تَخَافِيْ وَلاَ تَحْزَنِيْ = jangan (engkau -pr) takut dan jangan sedih
- لاَ تَخَافَا وَلاَ تَحْزَنَا = jangan (kamu berdua) takut dan jangan sedih
- لاَ تَخَافُوْا وَلاَ تَحْزَنُوْا = jangan (kalian -lk) takut dan jangan sedih
- لاَ تَخَفْنَ وَلاَ تَحْزَنَّ = jangan (kalian -pr) takut dan jangan sedih
Catatan: Bila huruf akhir sebuah Fi'il adalah sukun dan bertemu dengan awalan Alif-Lam dari sebuah Isim Ma'rifah, maka untuk pelafalannya, baris sukun dari huruf akhir fi'il amar tersebut dibaca dengan baris kasrah. Misalnya: (أَقِمْ الصَّلاَةَ) dibaca (أَقِمِ الصَّلاَةَ)
13. Fi'il Ma'lum - Fi'il Majhul
Dalam tata bahasa Indonesia, dikenal istilah Kata Kerja Aktif dan Kata Kerja Pasif. Perhatikan contoh berikut ini:
Abubakar membuka pintu. --> kata "membuka" disebut Kata Kerja Aktif.
Pintu dibuka oleh Abubakar. --> kata "dibuka" disebut Kata Kerja Pasif.
Dalam tata bahasa Arab, dikenal pula istilah Fi'il Ma'lum dan Fi'il Majhul yang fungsinya mirip dengan Kata Kerja Aktif dan Kata Kerja Pasif.
Perhatikan dan bandingksan kedua contoh kalimat di bawah ini:
- Fi'il ضَرَبَ (=memukul) adalah Fi'il Ma'lum (Kata Kerja Aktif). Dinamakan Fi'il Ma'lum (ma'lum artinya yang diketahui) karena Fa'il atau Pelakunya diketahui. Dalam contoh di atas Umar bertindak selaku Fa'il atau pelaku pekerjaan yakni memukul.
- Fi'il ضُرِبَ (=dipukul) adalah Fi'il Majhul (Kata Kerja Pasif). Dinamakan Fi'il Majhul (majhul artinya yang tidak diketahui) karena Fa'il atau Pelakunya tidak diketahui atau tidak disebutkan. Dalam contoh di atas, Umar bukan merupakan Fa'il (Pelaku) melainkan disebut dengan istilah Naib al-Fa'il (نَائِبُ الْفَاعِل) atau Pengganti Pelaku.
Fi'il Majhul dibentuk dari Fi'il Ma'lum dengan perubahan sebagai berikut:
a) Huruf pertamanya menjadi berbaris Dhammah
b) Huruf sebelum huruf terakhirnya menjadi berbaris Kasrah untuk Fi'il Madhy dan menjadi berbaris Fathah untuk Fi'il Mudhari'.

Fi'il Madhy أَمَرَ (=memerintah) menjadi Fi'il Majhul أُمِرَ (=diperintah):
- أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللهَ = aku diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرْنَا أَنْ نَعْبُدَ اللهَ = kami diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرْتَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ = engkau (lk) diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرْتِ أَنْ تَعْبُدِي اللهَ = engkau (pr) diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرْتُمَا أَنْ تَعْبُدَا اللهَ = kamu berdua diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرْتُمْ أَنْ تَعْبُدُوا اللهَ = kalian (lk) diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرْتُنَّ أَنْ تَعْبُدْنَ اللهَ = kalian (pr) diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرَ أَنْ يَعْبُدَ اللهَ = dia (lk) diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرَتْ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ = dia (pr) diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرَا أَنْ يَعْبُدَا اللهَ = mereka (2 lk) diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرَتَا أَنْ تَعْبُدَا اللهَ = mereka (2 pr) diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرُوْا أَنْ يَعْبُدُوا اللهَ = mereka (lk) diperintah agar menyembah Allah
- أُمِرْنَ أَنْ يَعْبُدْنَ اللهَ = mereka (pr) diperintah agar menyembah Allah
Fi'il Mudhari' يَعْرِفُ (=mengenal) menjadi Fi'il Majhul يُعْرَفُ (=dikenal):
- أُعْرَفُ بِكَلاَمِيْ = aku dikenal dari bicaraku
- نُعْرَفُ بِكَلاَمِنَا = kami dikenal dari bicara kami
- تُعْرَفُ بِكَلاَمِكَ = engkau (lk) dikenal dari bicaramu
- تُعْرَفِيْنَ بِكَلاَمِكِ = engkau (pr) dikenal dari bicaramu
- تُعْرَفَانِ بِكَلاَمِكُمَا = kamu berdua dikenal dari bicara kamu berdua
- تُعْرَفُوْنَ بِكَلاَمِكُمْ = kalian (lk) dikenal dari bicara kalian
- تُعْرَفْنَ بِكَلاَمِكُنَّ = kalian (pr) dikenal dari bicara kalian
- يُعْرَفُ بِكَلاَمِهِ = dia (lk) dikenal dari bicaranya
- تُعْرَفُ بِكَلاَمِهَا = dia (pr) dikenal dari bicaranya
- يُعْرَفَانِ بِكَلاَمِهِمَا = mereka (2 lk) dikenal dari bicara mereka
- يُعْرَفُوْنَ بِكَلاَمِهِمْ = mereka (lk) dikenal dari bicara mereka
- يُعْرَفْنَ بِكَلاَمِهِنَّ = mereka (pr) dikenal dari bicara mereka





